Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengupayakan cetak sawah baru karena terjadi alih fungsi lahan pertanian cukup tinggi pascapembangunan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY)
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Tri Hidayatun di Kulon Progo, Senin, mengatakan laju alih fungsi lahan di Kulon Progo mengalami peningkatan yang sangat drastis semenjak dibangunnya Bandara Internasional Yogyakarta.
Sejak 2010 sampai 2016 atau sebelum bandara dibangun, rata-rata alih fungsi lahan hanya berkisar antara dua hektare sampai 14 hektare. Tapi pada 2017, melonjak hingga 243 hektare yang mayoritas di kawasan pembangunan bandara.
"Untuk itu, kami mengupayakan mengganti lahan persawahan yang dialihfungsikan lewat program cetak sawah baru," katanya.
Ia mengatakan pihaknya mentargetkan cetak sawah baru seluas 350 hektare, sekarang sudah mencapai 135 ha. Tahun ini dipastikan bertambah menjadi 175 hektare karena ada penambahan 40 hektare di Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh.
"Program cetak sawah baru untuk meningkatkan produksi tanaman dan sebagai upaya mengganti lahan sawah yang berkurang akibat alih fungsi lahan," katanya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kulon Progo Aris Nugraha mengatakan pada 2019 ini, pihaknya mencetak sawah baru seluas 40 hektare di Kecamatan Nanggulan, Kalibawang dan Samigaluh. Program yang biasa disebut cetak sawah baru itu ditargetkan bisa rampung maksimal November 2019
Sawah baru itu akan dikelola oleh empat kelompok tani, yaitu Kelompok Tani Danurejo, Dusun Brangkal Desa Banyuroto, Kecamatan Nanggulan, 13 hektare; Maju Tresno, Dusun Tanggulangin, Desa Tanjungharjo, Kecamatan Nanggulan, seluas 8 hektare; P3A Tirto Rahayu, Dusun Promasan, Desa Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, 13 ha dan Kelompok Tani Sidodadi, Dusun Ngaran 2, Desa Banjarsari, Kecamatan Samigaluh 6 hektare.
Terhadap empat kelompok itu, pihaknya telah memberi sosialisasi secara bergiliran pada 4, 5, 10 dan 11 September lalu. Dalam sosialisasi yang juga diikuti oleh perwakilan pemerintah kecamatan dan desa, pengurus kelompok diminta membentuk panitia khusus. Panitia ini bertugas mengelola dana stimulan program cetak sawah yang total nominalnya mencapai Rp505 juta, tapi yang mereka dapatkan tergantung luas lahan yang akan digarap.
"Harapan kami kegiatan ini sifatnya partisipatif, warga berperan aktif, jadi anggaran stimulan akan ditransfer ke rekening kelompok, jadi bukan dilaksanakan oleh kami atau penyedia barang dan jasa. Makanya kelompok buat kepanitiaan dan perencanaan," kata Aris.