Kulon Progo - Para pelaku usaha di kawasan Pantai Glagah Kulon Progo yang tergabung dalam Paguyuban Pondok Laguna Wisata Pantai Glagah di Kulon Progo, menolak tempat relokasi sementara yang ditawarkan pemerintah kabupaten (Pemkab) setempat. Mereka menganggap tempatnya dalam mengais rezeki dianggap tidak layak.
Ketua Paguyuban Pondok Laguna Glagah Ripto Triyono mengatakan fisik bangunan relokasi sementara yang ditawarkan oleh Pemkab Kulon Progo di sekitar dermaga merugikan pedagang. Keberadaannya jauh dari kata layak.
Menurut dia, lokasi baru posisi bangunan berada di area sering kebanjiran. Selain itu ukuran bangunan terlalu kecil serta jumlah tempat yang disediakan terlalu sedikit.
Ripto mengatakan setiap pedagang hanya diberi ruang sekitar 3x6 meter. "Itu saja untuk menaruh barang-barang sudah penuh, bagaimana kita mau melayani pengunjung. Padahal jumlah pedagang mencapai 185 orang," ucapnya di Kulon Progo Selasa, 17 Desember 2019.
Dia menjelaskan, jika Pemkab Kulon Progo terkendala anggaran, seharusnya pedagang di kawasan Pantai Glagah dibiarkan berdagang di lokasi awal terlebih dahulu sembari berdialog. Menurut dia dialog terus dilakukan namun belum menemukan titik temu.
Itu saja untuk menaruh barang-barang sudah penuh, bagaimana kita mau melayani pengunjung.
Salah seorang pedagang lainnya, Titin Sukmawati mengatakan yang diinginkan pedagang adalah tempat yang layak dan tidak terlalu sempit. "Untuk pengunjung restoran seperti punya saya, inginnya mereka nyaman dan makan makanan yang enak," ujar Titin.
Titin membandingkan relokasi pedagang yang tidak layak ini dengan kemegahan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA). Perbandingannya sangat kontras. Tempat relokasi pedagang ini tidak layak dan sangat memprihatinkan. Untuk itu pedagang meminta lokasi yang layak dan sesuai dengan yang dibutuhkan pedagang.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Niken Probolaras mengatakan masih melakukan koordinasi terkait hal ini. Unytuk relokai sementara bagi pedagang ini dianggarkan dari Dana Alokasi Khusus sebesar Rp 6,2 miliar.
Dia mengatakan tempat relokasi ini sifatnya hanya sementara sambil menunggu pembangunan relokasi permanen. "Membutuhkan waktu yang lama untuk konstruksinya. Lokasi yang permanen masih dikomunikasikan," tuturnya.